Kamis, 27 Juni 2024
Melodi Kata: Menggemakan Harapan dan Impian di Malam Puncak Hari Lahir Kingdom Lab Art Ke-XVII
Rabu, 19 Juni 2024
PUISI: Pemimpi yang Lupa Dengan Mimpinya - Fitri Ramadhani
Aku manusia pengecut yang takut untuk bermimpi
Yang selalu
menyibukkan diri dengan cerita 'mereka'
Bagiku,
hidup adalah bagaimana caraku memuaskan ekspektasi
Malamku
sudah habis dilahap tangisan tersedu
Ragaku
kosong, terkunci, di sudut yang tak pernah dijamah mata manapun
Manusia satu
ini tidak tau caranya bermimpi
Ia hanya
menyalin apa yang dimimpikan orang lain
Lalu
mengharapkan validasi atas plagiatnya
Tulisannya
yang dulu sempat menari-nari
Seakan
amnesia
Lupa apa
yang ia ceritakan dalam torehnya
Kadang
mereka bertanya,
Kelabu mana
yang lebih kusuka
Aku tidak
tau
Aku lupa
dengan warna itu
Yang samar
kutau
Aku adalah
seorang pemimpi yang malu dengan mimpi-mimpinya
Menguburnya
dalam2,
dan lupa,
apa pernah?
Seorang
pengecut, yang bersembunyi dibalik mimpi manusia lain
Mengoreksi
kanvasnya,
sedang
kanvasku, dimana?
Aku hanya
pemimpi yang lupa dengan apa yang pernah dimimpikannya
Takut dengan
kegagalan dan kemungkinan lainnya di masa depan
Mungkin aku
hanyalah pengecut, yang berlindung dengan lupa
Setelah
ditelanjangi ekspektasi
Lalu dikubur
hidup-hidup bersama yang kau sebut mimpi itu
Berjalan
dengan kaki yang gemetaran menerka, nanti akan jadi apa?
Lantas? Apa
salah jika aku memilih tenggelam dalam lupa?
Selasa, 04 Juni 2024
PUISI: Tak sejalan - Abdul Rahman
Hari bertamu semakin sering
Waktu bahkan telah usai menemani
Hingga hanya menyisakan kenangan perlahan berkabut mengudara
Perasaan tak lagi meronta
Imajinasipun tak lagi menggebu
Semua terpejam dalam belenggu yang mulai merana dalam kata mimpi dan
harapan
Antara hukum semesta atau perasaan
Semua saling berbenturan sungguh tak sejalan
Satu sisi berusaha pasrah
Namun sisi yang lainnya malah tersiksa dan terluka
Menjauhinya sungguh pahit
Melepasnya sungguh berat
Namun sebagai manusia yang paham
Kembali kutelan dalam ikhlas dan pasrah
Meski tak segampang katanya
Itulah harga sebuah kebenaran
Semakin lama belenggu rasa telah memenjarakan
Bahkan melukai batin hingga menggerus ribuan mimpiku
Keputusannya adalah bumerang bagiku
Meski tersirat makna kebaikan antara kita
Tapi nyatanya menyakiti bahkan membunuh tak bersisa
Hingga untuk menyesap udarapun terasa pekat dan pahit
Logikaku bahkan melupa ragaku
Rasaku bahkan melupa hatiku
Hingga cintaku bahkan melupa siapa diriku
Salahkah jika aku mengeluh wahai harapan?
Salahkah jika aku bersedih wahai harapan?
Pada akhirnya semua sebatas imingan mimpi tak berbuah nyata
Berharap akan waktu yg memihak
Nyatanya sebatas tikaman yg menenggelamkan
Kali ini aku menyerah
Berjuang pun rasanya terlalu diluar kuasa
Bahkan Ku tak ingin berharap lebih karena ku sadar aku bukan apa-apa
dan bukan siapa-siapa malah
Aku sadar duniaku dan duniamu berbeda
Bahkan diriku bukanlah bagian dari masa depanmu
Tak pantas rasanya aku berharap apalagi bertahan jika kau tak
menginginkan
Tentunya dengan melepas dirimu dalam logika dan hatiku adalah pilihan
di hari-harimu
Aku rela meski cukup berat dan menyesakkan untukku
Biarlah kutitipkan dirimu dan rasaku kepadanya
Biarlah kau menjadi kenangan termanisku
Dan biarlah waktu yang jadi penyembuh lukaku
PUISI: AKU PAMIT KALI INI - Abdul Rahman
Telah ku coba membangun rasa yang sebatas sisa
Telah ku coba menguatkan asa yang sebatas tekat
Dan telah ku coba mengejar mimpi yang sebatas cerita
Namun nyatanya berkahir percuma
Semakin kuat inginku melupa
Semakin kuat juga kau mengisi memoriku
Semakin lapang hatiku merelakan
Semakin lapang juga hatiku dengan namamu
Kadang kusandarkan harapan di dalam hati
Kurenungkan mimpi tentangmu,
Tentang kita
Walau sebatas sua
Tapi selalu kepahitan takdir yg ku buai
Nyatanya harapan ku tak memihak
Rasaku tak berbalas malah tak kau inginkan
Bagimu aku hanyalah teman saat kau butuh atau teman yg keberadaanya tak
kau anggap
Haruskah kupertahankan rasa ini?
Atau haruska kuruntuhkan mimpi ku ini?
Aku harus bagaimana?
Aku yakin rasa yg muncul padaku tak sama padamu
Aku yakin hadirku hanyalah persinggahan untukmu
Dan aku yakin sangat tak berarti bagimu hingga keberadaanku pun kau
lupa
Sungguh pahit dan miris
Selama ini kulapangkan hatiku
Kusandarkan harapanku
Kupercayakan mimipiku padamu bahkan kudengungkan namamu dalam
penghambaanku
Nyatanya semua terbilang percuma
Aku telah mencinta orang yang salah
Aku telah mencinta orang yang tak mengharapkanku
Dan aku telah mencinta orang yang tak pantas untukku
Sungguh aku telah menggores lukaku sendiri nyatanya
Dan aku sangat membenci kebodohanku
Begitu memilukan untuk ragaku dan begitu tersiksa untuk batinku
Sepertinya aku memang terlahir sebagai mainan bagimu
Tak adakah sedikit saja rasa pedulimu untukku?
Bahkan apa yang telah ku korbankan apa hanya sebatas candaan bagimu?
Kau yang kuharap nantinya sebagai penuntunku malah meninggalkanku dalam
kepekatan nasibku
Kenapa harus aku?
Tak bisakah bahagia sedikit saja memihakku? Tak bisakah sekali saja
pahami aku?
Tak bisakah aku mencicipi rasa yang sama dengan inginanku?
Tak bisakah perasaanku sedikit saja terbalas?
Kenapa...?
Hidupku selama ini begitu buruk
Aku kira kelamnya hariku akan berubah pada akhirnya nyatanya malah makin
pekat
Rasanya sesak menutupi seluruh rongga tubuhku
Dan berakhir dengan kecewa untuk yang kesekian kalinya
Terima kasih
Aku pamit kali ini
Semoga dialah mimipi dan harapanmu
Dan semoga kau bahagia
Lalu yang Pernah Ada
Sesingkat jeda antar detik, namun lebih abadi dari ukiran. Sanggup untuk dikenang, namun tak lagi bisa diulang: waktu denganmu. faa _
-
Perayaan Hari Lahir Kingdom Lab Art Ke-XVII x Melodi Kata (Dok. Kingdom Lab Art) Dalam semangat merayakan perjalanan panjang dan penuh warn...
-
Aku manusia pengecut yang takut untuk bermimpi Yang selalu menyibukkan diri dengan cerita 'mereka' Bagiku, hidup adalah bagaima...